Ada yg aneh ketika melihat sikap kebanyakan orang Indonesia mendengar kata insya Allah.. mereka seakan apriori ketika kata itu diucapkan karena sudah tertanam dalam paradigma mereka bahwa kata insya Allah diucapkan jika orang tersebut sedang malas-malasan, tidak niat atau ogah-ogahan melaksanakan janji mereka.. fikiran tersebut tentu ada sebabnya pula yaitu orang-orang yang mengucapkannya memang orang-orang yang ogah-ogahan lalu memakai kata "insya Allah" biar cepet, orang-orang tersebut berfikir "aah ngomongnya insya Allah ini gak papa kalee kalo gak dijalanin" tetapi sebenarnya bukan itu esensi dari kata insya Allah tersebut
Menurut riwayat ada beberapa orang dari suku Quraisy yg bertanya pada Rasulullah tentang kisah ashhabul kahfi dan kisah Dzulkarnaen. Lalu Rasul menjanjikan pada orang-orang tersebut untuk memberikan jawaban tanpa mengucapkan insya Allah terlebih dahulu (yg artinya jika Allah menghendaki). dan ketika keesokannya tiba wahyupun belum datang untuk menjawab pertanyaan orang-orang Quraishy tersebut. Baru beberapa hari kemudian datanglah wahyu dari Allah dan itupun bukan merupakan jawaban terhadap pertanyaan tersebut namun merupakan teguran bagi Rasulullah yg berbunyi Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: “Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “Insya Allah”. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini.” (al-Kahfi 18:23,24)
dari riwayat diatas bisa kita lihat esensi dari ucapan insya Allah jelas bukanlah untuk menghindari janji disaat sedang malas-malasan namun juga pengakuan terhadap existensi Allah bahwa jika Allah tidak mengizinkan maka kita tidak akan bisa melaksanakan janji kita tersebut.
wallahu'alam bishowab
Tampilkan postingan dengan label al-kahfi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label al-kahfi. Tampilkan semua postingan
Selasa, 17 Juni 2008
Langganan:
Postingan (Atom)